Selasa, 26 Januari 2016

PERPUSTAKAAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi harus mampu menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Secara filosofis perpustakaan telah meletakkan tujuan utamanya pada jasa untuk pemakai. Hakekat pelayanan perpustakaan pada dasarnya mencakup pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyebarluasan informasi. Namun bentuk pelayanan perpustakaan itu tentu saja tidak terpaku pada ketiga hal tersebut. Perpustakaan masih memiliki peranan dan fungsi lain terhadap kemajuan pengetahuan masyarakat yang bisa dicapai hasilnya melalui pelayanan yang ada di perpustakaan disamping komponen-komponen pendukung lainnya. Sebagai subsistem dari sistem perpustakaan, pelayanan perpustakaan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan sumber-sumber informasi yang menjadi koleksi perpustakaan yang disebarluaskan kepada para penggunanya.
 Tujuan pelayanan perpustakaan adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pengguna. Pustakawan dalam sebuah perpustakaan, bagaikan jantung dari perpustakaan itu sendiri. Pustakawan yang memberi jiwa pada perpustakaan, terutama dari segi pelayanan. Pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari-hari berkecimpung dengan dunia buku. Pustakawan setiap harinya juga harus bertemu dengan berbagai macam kharakteristik pengguna. Tugas pustakawan adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pengguna yang datang ke perpustakaan. Komunikasi antarpribadi harus dimiliki oleh setiap pustakawan untuk menunjang kegiatan pelayanan. Komunikasi antarpribadi membantu pustakawan untuk mengenali karakteristik dari pengguna, sehingga pustakawan dapat menentukan langkah yang tepat dalam melayani kebutuhan si pengguna tersebut.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian dari perpustakaan dan penggunanya?
b.      Bagaimana peranan komunikasi dalam perpustakaan?
c.       Apa saja unsur-unsur komunikasi dalam perpustakaan?
d.      Bagaimana tipe-tipe komunikan?
e.       Bagaimana respon komunikan?


C.    TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan komunikan dalam pelayanan perpustakaan seperti bagaimana tipe-tipe komunikan dan bagaimana respon komunikan dan sebagainya serta semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perpustakaan dan Penggunanya
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca atau suatu unit kerja yang subtansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pemustaka jasa layanya. Selain buku, didalamnya juga terdapat bahan cetak lainnya seperti majalah, laporan, manuskrip atau naskah,dan berbagai karya media audiovisul seperti film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mico seperti microfilm, microfis dan micro-opaque.
Sedangkan pengguna atau pemustaka adalah pemakai fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka dan fasilitas lainnya). Pengguna berbagai macam jenisnya, ada mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat pada umumnya, bergantung pada perpustakaan yang ada.[1]

B.     Pengguna Sebagai Komunikan
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media terrtentu untuk menghasilkan efek /tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik.Pada kajian komunikan ini ada dua sudut pandangan untuk menjelaskan peran pengguna sebagai komunikan yakni dari sudut pandang komunikasi secara umum dan sudut pandang dalam islam
Dari sudut pandang komunikasi pada umumnya pengguna sebagai komunikan ialah pengguna sebagai penerima pesan yang baik. Dalam proses komunikasi komunikan merupakan sasaran komunikasi dan tujuan pengguna  berkomunikasi adalah membangun/menciptakan pemahamam atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan. Dalam kajian ini secara garis besar intinya adalah pengguna sebagai komunikan yang dapat menangkap pesan dengan baik yang di sampaikan oleh manusia / pustakawan (komunikator) karna itu manusia adalah komunikator tebaik dari pada mahluk yang lain maka dari itu objek kajian komunikasi adalah manusia.
Dari sudut pandang islam pengguna  sebagai komunikan dan sasaran komunikasi dan yang menjadi komunikator adalah Allah yang menyampaikan pesan berupa alquran.Dalam sudut pandang ini proses komunikasi dari seorang komunikator yag menyampaikan pesan melalui media atau secara langsung kepada komunikan dan menimbulkan sebua effek.Diibaratkan dalam pandangan islam Allah adalah komunikator yang menyampaikan pesan berupa alquran melalui sebua media yakni malaikat jibril ataupun secara langsung yakni lewat mimpi kepada komunikator yakni nabi atau manusia.
C.    Peranan Komunikasi dalam Perpustakaan
Termasuk dalam manusia berorganisasi seperti di lingkungan perpustakaan. Lewat komunikasi manusia dapat menyampaikan keinginan cita-cita, perencanaan pada orang lain. Makin jelas dan efektif berlangsungnya komunikasi makin banyak pula informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu keberadaan perpustakaan sebagai unit pengelola informasi sangat penting untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif di masyarakat.
Komunikasi memainkan peranan yang sangat penting sebagai sarana hubungan antar- individu dan kelompok masyarakat untuk mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarmanusia yang lebih baik.
Kemajuan pada bidang informasi dan komunikasi tidak hanya disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan teknologi baru, namun juga disebabkan oleh semakin tumbuhnya kesadaran orang atau individu dan bangsa akan adanya kesempatan dan kebutuhan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, termasuk kebutuhan akan adanya informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa informasi merupakan bagian dari komunikasi. Tanpa informasi proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian maka kehadiran perpustakaan sebagai pengelola informasi menjadi pendukung dan pelancar proses komunikasi. Demikian pula sebaliknya bahwa perpustakaan sebagai organisasi membutuhkan bentuk komunikasi yang efektif dan efisien untuk berjalannya organisasi tersebut dengan baik.
D.    Unsur-unsur  Komunikasi Di Perpustakaan
Secara sederhana komunikasi dapat di-definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antara seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal  harus ada tiga unsur dasar komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan.
1.      Pustakawan (Komunikator)
Pada proses komunikasi di Perpustakaan yang bertindak sebagai komunikator adalah pustakawan. Sebagai komunikator, maka pustakawan wajib menyampaikan pesan-pesan yang menyangkut berbagai macam informasi kepada penggunanya, terutama informasi yang memang dicari atau dibutuhkan penggunanya. Dalam hal ini pustakawan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada penggunanya.
Pada kegiatan pelayanan informasi, pustakawan lebih banyak berinteraksi dengan pengguna dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang lain di perpustakaan. Maka dalam kegiatan pelayanan informasi tersebut, pustakawan dituntut untuk lebih aktif dalam berkomunikasi dengan penggunanya.Ini terdapat kecenderungan perubahan sikap Perpustakaan. Dahulu perpustakaan bersikap menunggu pengunjung dan membiarkan pengunjung yang datang mencari sendiri informasi yang dibutuhkannya dan menghindari semaksimal mungkin berinteraksi dengan pustakawan. Sikap mereka ini lebih mengarah ke sikap pustakawan yang pasif. Kini perpustakaan bersikap lebih aktif mengejar pengunjung dan perpustakaan  lebih aktif menyediakan informasi bagi penggunanya. Pendekatan profesional ini mengharuskan pustakawan mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna, berapa cepat dia mampu menyediakan informasi, dalam bentuk apa informasi tersebut disajikan, dan dari sumber mana saja informasi tersebut didapatkan.
Untuk mengetahui minat dan kebutuhan informasi dari masing-masing pengguna, pustakawan dapat berkomunikasi dengan pengguna perpustakaan, baik secara langsung seperti bertanya, wawancara, ceramah ataupun secara tidak langsung seperti mengedarkan kuesioner.
Tanpa disadari banyak pustakawan hanya berhubungan dengan pengguna dengan sangat terbatas. Mereka hanya menjawab bila kebetulan ditanya oleh pengguna. Dalam informasi ilmiah, terbukti banyak peneliti memperoleh informasi mutakhir dari peneliti lain yang bertindak selaku penjaga gawang. Penjaga gawang informasi ini selalu mengikuti perkembangan dalam bidangnya termasuk perkembangan informasinya sehingga menjadi tumpukan rekan sejawat lainnya. Padahal pustakawan dapat bertindak selaku penjaga gawang informasi sehingga dapat pula meneruskan informasi mutahkir pada penjaga gawang informasi yang lain.

2.      Pesan (Informasi)
Pesan yang disampaikan oleh pustakawan berwujud ucapan, tinta diatas kertas, tulisan dibuku, majalah atau bahan cetak lainnya, gelombang radio di udara, rekaman suara dan gambar pada koleksi audio visual, data digital pada komputer, lambaian tangan pengguna atau tanda-tanda, yang apabila diinterpretasikan mempunyai arti tertentu. Penyampaian pesan yang dilakukan dengan jelas akan menimbulkan hasil yang memuaskan pada proses komunikasi.
Efektivitas penyampaian pesan menyangkut bagaimana suatu pesan disajikan. Secara ringkas, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian pesan, yaitu cara penyajian pesan dan  struktur penyampaian pesan.Cara penyajian pesan di perpustakaan lebih mengacu pada pemanfaatan lambang komunikasi, baik verbal maupun non verbal saat kita berkomunikasi.  Misalnya para pengguna berkata “Buku tentang hukum perdata dimana Pak/Bu?”. Seorang pustakawan harus menjawab dengan kata-kata halus. Cara penyajian pesan lebih menyangkut bagaimana seorang pustakawan dapat memanfaatkan lambang-lambang komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh si pustakawan dan membubuhkan kadar emosi ke dalamnya.  Disini seorang pustakawan harus mampu menentukan keberhasilan komunikasi dengan cara kecerdasan emosional.
Pada struktur penyampaian pesan,  seorang pustakawan harus mampu menyusun struktur penyajian pesan yang akan dia sampaikan kepada pengguna. Dapat dinyatakan bahwa pada komunikasi antar pribadi,  pesan yang disampaikan relatif kurang berstruktur. Contohnya ialah ketika kita sedang berbicara kepada kerabat,  kita bisa berbicara dengan topik yang tidak terarah. Secar acak berpindah satu topik ke topik lainnya.  Jadi struktur penyampaian pesan lebih kepada urut-urutan penempatan lambang-lambang komunikasi yang kita gunakan. Semakin tinggi tataran komunikasi yang terjadi, maka pesan yang kita sampaikan semakin terstruktur.
3.      Pengguna Perpustakaan (Komunikan)
Komunikan penerima pesan adalah semua pengguna perpustakaan.  Pada proses komunikasi di perpustakaan, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis. Peran ini saling ditukarkan. Komunikator dapat berperan sebagai komunikan, sebaliknya komunikan dapat berperan sebagai komunikator. Ketika pustakawan menyampaikan pesannya kepada pengguna maka dia berperan sebagai komunikator. Namun ketika pengguna menyampaikan tanggapan/respon terhadap pesan komunikator maka dia berperan sebagai komunikator dan pustakawan sebagai komunikannya.Pengguna perpustakaan sebagai komunikan dapat terdiri dari satu orang, sekelompok orang (kelompok besar atau kecil, termasuk juga organisasi) dan massa.
Agar proses komunikasi antara pustakawan dan pengguna perpustakaan dapat berjalan dengan baik (efektif), maka pustakawan harus memberikan bimbingan kepada pengguna, sehingga pengguna tidak merasa kesulitan dalam memanfaatkan perpustakaan. Kebanyakan pengguna jarang mengunjungi perpustakaan karena kurangnya interaksi antara pustakawan dengan pengguna, dan pemberian layanan yang kurang memuaskan serta ketidak ramahan seorang pustakawan dalam melayani para pengguna. Akibatnya pengguna merasa segan bertanya dan menyampaikan kebutuhan informasinya kepada pustakawan, dan si pustakawan semakin acuh terhadap pengguna.
Perlu diketahui bahwa sistem layanan perpustakaan ada dua jenis, yaitu sistem layanan terbuka dan sistem layanan tertutup. Pada sistem layanan terbuka proses interaksi dan komunikasi antara pustakawan dan pengguna lebih baik daripada sistem layanan tertutup. Pada sistem layanan terbuka, pengguna dapat menanyakan langsung kepada pustakawan tentang informasi yang sulit ditemukan. Sedangkan pada sistem layanan tertutup, pengguna akan merasa sungkan berkomunikasi dengan pustakawan itu sendiri, karena adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu. Oleh sebab itu, supaya proses komunikasi dapat berjalan dengan baik, seorang pustakawan harus memberikan informasi yang mudah dimengerti oleh pengguna perpustakaan.[2]

E.     Tipe-Tipe Komunikan
1.      Komunikan yang bersahabat : Merupakan tipe komunikan yang mempunyai diposisipositif terhadap informasi yang di kemukakan oleh komunikator. Karena disposisi mereka positif terhadap kredibilitas komunikator, media pengalih informasi maupun situasi komunikasi maka mereka akan lebih mudah menerima dan memahami informasi dari komunikator.
2.      Komunikan yang bermusuhan : adalah komunikan yang mempunyai tipe sikap yang berkebalikan dari komunikan yang bersahabat. Komunikan yang bermusuhan merupakan tipe disposisi negatif terhadap informasi yang dikemukakan oleh komunikator karena disposisi mereka negatif terhadap kredibilitas komunikator, media pengalih informasi,maupun situasi komunikan maka mereka akan sangat sulit menerima dan memahami informasi yang diberiakan komunikator.
3.      Komunikan yang netral : adalah komunikan yang mempunyai sikap netral, tidak memihak kepada komunikator atau pada informasi yang disampaikan oleh komunikator. Sikap komunikasi seperti ini mau berdiri diantara sikap positif dan negatif.
4.      Komunikan yang apatis : adalah komunikan yang besikap masa bodoh terhadap komunikator maupun terhadap informasi yang diterima. Sikap masa bodoh atau malasini sebenarnya didorong oleh tongkat keterlibatan komunikan terhadap informasi yang mereka terima. Artinya tidak ada keuntungan atau kerugian yang mereka terima lantaran memberikan disposisi positif maupun negatif.
5.      Komunikan dengan sikap campuran : komunikan dengan sikap bersahabat namun bermusuhan, dapat memberikan disposisi positif terhadap komunikator. Bersahabat namun netral dapat memberikan disposisi positif namun bersikap masa bodoh.


F.     Respon atau Tanggapan Komunikan
Respon atau tanggapan yang diberikan oleh pihak komunikan dibedakan menjadi 6 macam, yaitu :
1.      Respon langsung : ialah respon yang diberikan langsung oleh pihak komunikan tidak memerlukan jangka waktu yang relatif lama.
2.      Respon tidak langsung : ialah respon yang memerlukan jangka waktu lama. Dalam hal ini respon yang diberikan oleh pihak komunikan tertunda beberapa saat.
3.      Respon yang kurang dimengerti : ialah respon yang tidak dapat dimengerti oleh pihak komunikator.
4.      Respon yang dapat dimengerti : ialah respon yang diberikan oleh pihak komunikan dapat dimengerti oleh pihak komunikator sehingga antara pihak komunikator dengan pihak komunikan terdapat saling pengertian.
5.      Respon yang besifat netral : ialah respon pihak komunikan yang tidak memberikan dukungan ataupun menentangnya.
6.      Respon yang bersifat negatif : ialah respon yang diberikan oleh pihak komunikan tidak memberikan dukungan kepada pihak komunikator.




BAB III
PENUTUP

v  KESIMPULAN
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca atau suatu unit kerja yang subtansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pemustaka jasa layanya. Dalam proses komunikasi komunikan merupakan sasaran komunikasi dan tujuan pengguna berkomunikasi adalah membangun/menciptakan pemahamam atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan. untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal  harus ada tiga unsur dasar komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan.

v  KRITIK DAN SARAN

Demikian makalah yang telah kami buat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga ilmu yang sudah didapatkan setelah membaca makalah ini bisa diberikan kepada orang yang belum sempat membacanya.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan senantiasa kami menerima saran atau kritikan dari kawan-kawan semua yang insyaallah dapat membuat kami lebih baik lagi untuk kedepannya.





DAFTAR PUSAKA
Yusup,pawit.Ilmu informasi,komunikasi,dan kepustakaan.bumi angkasa,2009
Wiji suwarno, psikologi perpustakaan,jakarta:sagung seto,2009
www.ilmu komunikasi.com
www.pengguna perpustakaan.com
http://plediepedhed.wordpress.com/2012/03/07/memahami-peranan-komunikasi-dalam-perpustakaan/






[1] Wiji suwarno, psikologi perpustakaan,(jakarta:sagung seto,2009),hal 8-9
[2]http://plediepedhed.wordpress.com/2012/03/07/memahami-peranan-komunikasi-dalam-perpustakaan/

Senin, 25 Januari 2016

TERBITAN BERSERI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

                Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kegiatan pengolahan bahan pustaka memungkinkan koleksi pengolahan tertata secara sistematis dan dapat ditemukan kembali secara efektif dan efesien. Sebagai kegiatan pokok, kinerja pengolahan bahan pustaka sangat mempengaruhi keberhasilan perpustakaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Untuk itu kegiatan pengolahan bahan pustaka perlu dilaksanakan sebaik-baiknya secara professional dan taat asas.

            Kegiatan pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan intelektual yang bersifat kompleks karena berhubungan dengan intelektualitas yang terkandung dalam bahan pustaka,dalam minat, kebutuhan, serta prilaku masyarakat terhadap informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam keragaman konsep dan istilah yang berkembang, serta dalam visi dan misi suatu perpustakaan. Kompleksitas tersebut memungkinkan munculnya perbedaan persepsi serta ketidaktaatasasan (inkonsistensi) dalam pelakasanaan tugas ,yang selanjutnya memunculkan kondisi ketidak pastian dalam pelaksanaan tugas dan pada akhirnya mempengaruhi mutu kinerja pengolahan bahan pustaka.[1]
Katalog yang sering kita dengar sehari-hari merupakan kata/istilah yang berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar barang atau benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan katalog berdasarkan ilmu perpustakaan berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu.
Jadi dalam katalog perpustakaan terdaftar semua bahan perpustakaan (buku, majalah, kaset, CD, dan lain lain) yang ada di rak koleksi. Dengan cara melengkapi data-data cantuman bibliografis sesuai dengan sistem yang telah ditentukan pada katalog untuk semua jenis bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan, diharapkan para pemustaka maupun pustakawan dapat menemukan kembali bahan perpustakaan yang diperlukan dengan cepat dan tepat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Terbitan Berseri ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Pengatalogan Terbitan Berseri ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Deskripsi Bibliografi Terbitan Berseri ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Terbitan Berseri
Terbitan berseri adalah suatu publikasi yang direncanakan untuk diterbitkan secara terus  menerus dengan jangka waktu terbit yang tidak tertentu. Dalam bahasa inggris disebut “serial”. Menurut  ALA Glossary of Library and Information Science adalah “ A publication in any medium issued in successive parts bearing numerical or chronological designations and intended to be continued indefinitely.
Serial atau terbitan berseri mencakup
1.       Majalah
2.      Surat kabar
3.      Laporan tahunan
4.       Jurnal ilmiah
5.       Prosiding
6.      Annual
7.      Pammplet
8.      Bulletin dan
9.      Monografi berseri.

Menurut Somadikarta pengolahan bahan pustaka meliputi tata kerja rutin dan teknis. Pengolahan dimulai pada waktu perpustakaan memesan / menerima bahan pustaka sampai pada tahap penyiapanya untuk melayani para pengguna perpustakaan. Oleh karena itu proses pekerjaan pemesanan dengan segala langkahnya disebut juga proses prakatalogan.

B.     Pengatalogan Terbitan Berseri

Dalam sejarah kepustakawanan, Katalogisasi atau pengkatalogan merupakan keterampilan yang sudah berusia berabad-abad. Ketika pertama kali dibuat, katalog berfungsi sebagai sanarai inventaris. Pembuatan katalog pada perpustakaan purba tergantung pada praktek dan kebiasaan masing-masing perpustakaan, maka katalog pada waktu itu tidak ada keseragaman antar katalog perpustakaan.[2]
Katalog adalah daftar atau susunan data, baik secara manual maupun elektronis mengenai buku-buku atau bahan pustaka lainnya yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog dibuat melalui proses katalogisasi yaitu kegiatan membuat entri dalam katalog, menyusun deskripsi bibliografi dan membuat jejakan kartu katalog, serta pencantuman nomor panggil
proses pengatalogan yang terdiri dari pengatalogan deskriptif dan pengatalogan subjek yang dikenal dengan proses pengindeksan. Proses pengatalogan adalah kegiatan merekam data bibliografis dan data fisik penting lainnya untuk mengenali suatu bahan pustaka. Dalam kegiatan ini pula ditentukan titik-titik pendekatan melalui tajuk entri dan bentuk tajuk. Pengatalogan subjek merupakan kegiatan yang menghasilkan deskripsi indeks yang menunjukkan isi atau subjek bahan pustaka. Setelah melalui proses pengatalogan ,proses selanjutnya adalah proses pascakatalogan yang meliputi tugas-tugas rutin untuk melengkapi fisik bahan pustaka yang siap dilayankan.
Adapun fungsi katalog Terbitan Berseri adalah :
1.      Sebagai alat untuk menemukan kembali Terbitan Berseri
2.      Sebagai alat untuk menunjukkan Judul / Subjek apa saja yang dimiliki perpustakaan
3.      Sebagai alat untuk menunjukkan dimana terbitan berseri tersebut disimpan
Sedangkan fungsi dari pembuatan katalog perpustakaan pada umumnya
adalah:
a.        Sebagai alat pengumpul atau “assembling list”, yang fungsinya mencatat,
mendaftar atau mengumpulkan setiap koleksi yang ada di perpustakaan dibawah entri-entrinya
b.       Sebagai alat pencari atau penelusur (“finding list”), yang membimbing pemakai
untuk mencari dan menelusuri koleksi yang dicari dibawah entri-entri dari koleksi atau karya tersebut.
c.       Sumber yang memberikan alternatif pilihan karya .
d.      Memberikan petunjuk dimana buku disusun dalan rak
e.       Sumber penyusunan bibliografis

Dari tujuan dan fungsi inilah nampak betapa pentingnya catalog perpustakaan,karena katalog merupakan kunci bagi koleksi suatu perpustakaan.[3]

Berdasarkan jenisnya katalog dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu :
a. Katalog pengarang
Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik itu pengarang perorangan, karya bersama, karya badan korporasi ataupun karya yang ditajukkan pada judul seragam.
b. Katalog judul
Yaitu katalog yang disusun berdasar abjad judul dari semua bahan perpustakaan yang dimiliki.
c. Katalog subjek
Katalog subjek dalam penyusunannya dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu 1). Katalog subjek yang disusun berdasarkan abjad judul untuk subjek yang 3 dinyatakan dalam bentuk istilah (verbal) dan 2). Katalog subjek yang disusun berdasarkan urutan nomor klasifikasi (subjek dalam bentuk non verbal) sesuai dengan pedoman bagan klasifikasi yang digunakan.
Bentuk Katalog dibedakan menjadi :
a.        Katalog Kartu (card catalog)

Katalog Kartu sudah digunakan lebih dari seratus tahun yang lalu, yang hingga sekarang pun masih banyak perpustakaan yang menggunakan katalog jenis ini. Katalog bentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Setiap entri (pengarang, judul, dan subjek) ditulis pada satu kartu. Kartu kemudian dijajarkan dalam laci catalog.
b.      Katalog Berkas (Sheaf Catalog)

Merupakan kumpulan kertas/ kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x 12,5 cm. atau 10 x 15 cm. Masing-masing lembar berisi data katalog. Pada bagian kiri diberi lubang. Kemudian diikat atau dijilid. Pada bagian depan dan belakang diberi karton tebal berfungsi sebagai pelindung. Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar. Berkas yang sudah terjilid kemudian disusun menurut nomor berkas.
c.       Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)

Dengan semakin pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi terutama dalam penggunaan komputer dan telekomunikasi berdampak terhadap perkembangan bentuk katalog di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang telah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi tersebut dalam kegiatan pembuatan katalognya. Yaitu dengan menerapkan sistem otomasi perpustakaan, yang salah satu kegiatannya adalah pembuatan katalog secara online.
Setiap majalah maupun terbitan berkala lainnya yang diterima oleh perpustakaan perlu dibuatkan daftar / katalog. Katalog ini dapat berbentuk buku / printed katalog maupun kartu/card katalog. Katalog tersebut sangat berguna bagi pencarian informasi terutama pengenalan judul dan nomor-nomor yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Untuk membuat deskripsi bibliografi katalog terbitan berseri, perpustakaan memerlukan sumber informasi pengatalogan. Sumber informasi tersebut antara lain[4]:
1.      Halaman Judul
Alih bahasa dari istilah title page merupakan sumber informasi utama terbitan berseri.
Halaman judul adalah lembaran yang terbit bersamaan dengan nomer terakhir dari suatu volume terbitan tersebut.
2.      Cover
Adalah bagian muka terbitan berseri. Digunakan sebagai sumber informasi bila terbitan tersebut tidak memiliki halaman judul.
3.      Caption
Adalah judul utama (headline) awal teks atau chapter dari sebuah buku atau majalah.
4.      Masthead
Pernyataan dari judul, kepemilikan, editor dari surat kabar atau majalah. Masthead dapat ditemukan pada halaman editorial atau pada bagian atas halaman satu, untuk majalah dapat dilihat pada halaman isi.
5.      Halaman Editorial
Adalah halaman yang menggandung informasi bibliografis terbitan tersebut, mencakup informasi judul, kepemilikan, penerbit, tim editor, frekuensi terbit.
6.      Kolofon
Adalah sebuah pernyataan yang terdapat pada halaman akhir sebuah terbitan yang memberikan informasi bibliografis tentang salah satu atau lebih informasi yaitu judul, pengarang, penerbit, pencetak, tahun penerbitan atau tahun pencetakan dan informasi lainnya.


C.    Deskripsi bibliografi Terbitan Berseri
Kegiatan deskripsi bibliografis adalah suatu kegiatan yang mencatat data-data dari suatu bahan perpustakaan mulai dari judul, pengarang, tempat terbit , penerbit, deskripsi fisik dari bahan tersebut sampai ke nomor standar bahan perpustakaan. Pencatatan kegiatan tersebut disesuaikan dengan peraturan ISBD (International Standard Bibliografis Description) dengan susunan entri-entri katalog berdasarkan AACR2 (Anglo American Cataloguing Rules Ed rev. 2).
Deskripsi menurut International Standard Bibliographic Description (ISBD) membahas karakteristik bibliografi berdasarkan ciri fisik bahan perpustakaan yang sedang diolah, diantaranya adalah :
a. ISBD (M) untuk bahan buku (Monograf)
b. ISBD (S) untuk terbitan berseri (Serials)
c. ISBD (CM) untuk bahan kartografis (Cartographic Materials)
d. ISBD (NBM) untuk bahan nonbuku (Non Book Materials) [5]

            Dalam melakukan pengatalogan terbitan berseri ada beberapa informasi yang perlu dicantumkan pada deskripsinya katalog yaitu:
            Kedelapan (8) daerah atau area tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Judul dan pernyataan pertanggung jawaban
a.       Judul biasa
b.      Judul pararel
c.        Informasi judul lain (judul tambahan, anak judul, dsb).

2.      Edisi
a.       Edisi dipisahkan dengan tanda “.—” contoh: Jurnal Perpustakaan .– ed. indonesia
b.      Jika edisi terdapat dalam dua bahasa atau lebih ditulis dengan dipisahkan tanda = contoh: Canadian ed. = Ed. canadienne
c.       Ingat: pernyataan volume,nomor dan sejenisnya tidak dimasukkan di dalam kategori edisi.
3.      Daerah Penomoran
a.       Tahun pertama terbit, volume, dan atau no pertama
b.      Majalah Demografi Indonesia. - -Th, no.1 (Juni 1974)-
c.       Daerah penomoran ditulis setelah tanda “.—” contoh: .– Vol. I, No. 1, 2009
d.      Jika terdapat keterangan kronologis maka ditulis sesuai yang tercantum. Contoh: Vol. I, No. 1 (1 Januari- 1 Maret 2009)
e.       Jika terdapat keterangan bulan/tahun dalam tahun hijriah atau yang lainnya, maka tahun dituliskan dalam tanda kurung dikuti tahun masehi dalam tanda kurung siku. Contoh: Vol. I, No. 1 (Rajab 1425 H [Juli 2004])
f.       JIka terbitan berseri berhenti terbit, maka keterangan berhenti terbit tersebut ditulis pada bagian akhir daerah penomoran. Contoh: Vol. 3, No. 1 (Nov. 2008) – Vol. 5, No. 3 (Maret 2009)
g.      Jika terbitan tersebut mengalami pergantian sistem penomoran, maka dicatat sistem penomoran nama diikuti akhir penomoran lama dilanjutkan dengan sistem penomoran baru. Contoh: Vol. 3, No. 1 (Nov. 2008) – Vol. 5, No. 3 (Maret 209) ; No. 1 (April 2009)
4.      Daerah impresum/ Penerbitan
a.       Impresum diisi dengan tempat terbit, penerbit dan tahun terbit. Contoh : Pekanbaru : Maju Mundur, 2009
b.      Jika salah satu unsur tidak diketahui maka ditulis: [s.l.] untuk tempat terbit, [s.n.] untuk penerbit, dan [….] untuk tahun terbit. Contoh: Pekanbaru : [s.n.] 2009
c.       Jika terdapat perubahan atau permberhentian penerbitan maka tahun pertama terbit dan terakhir terbit dituliskan. Contoh: Pekanbaru : Maju Mundur, 2006-2009.
5.       Deskripsi fisik
a.       Luasnya bahan (berikan kterangan jil, untuk terbitan berseri telah terhenti atau sudah lengkap berikan jumlah kelengkapan jilidnya.
b.      Keterangan ilustrasi
c.       Ukuran
d.      Bahan penyerta
e.       ex: jil.: ilus. Berwarna.; 25 cm. + 3 peta
f.       32 jil.: ilus.; 28 cm
g.      Daerah yang dicatat di sini meliputi jumlah jilid, ilustrasi dan ukuran terbitan. Contoh: Jil. : ilus. ; 25 cm (jika masih terbit), 20 Jil. : ilus. ; 25 cm (untuk yang sudah tidak terbit lagi)
h.      Jika terdapat tambahan bahan yang dilampirkan secara teratur maka dicatat pada daerah ini. Tetapi jika tambahan tersebut tidak teratur hanya dicatat pada daerah catatan. Contoh : Jil.: ilus. ; 25 cm. + CD
6.     Daerah Seri
a.       Daerah seri dituliskan dalam tanda kurung. Contoh : Jil.: ilus.; 25 cm (seri kelautan)
7.     Catatan
a.       Buatkan catatan frekuensi dari terbitan
b.      Berisi catatan-catatan tambahan yang diperlukan seperti kala terbit, keterangan editor, bahasa, keterangan lanjutan penerbitan, dll.


8.      Nomor standar dan kepemilikan
a.       Untuk nomor standar ditulis pada paragraf tersendiri: ISSN : 0126-8776
b.      Untuk kepemilikan diisi dengan terbitan yang dimiliki oleh perpustakaan.
Untuk lebih jelas, Tanda baca pemisah untuk setiap unsur deskripsi adalah
sebagai berikut :

No
Daerah
TANDA BACA
UNSUR

1.

Judul &
penanggung jawab
=
:
/
;
Judul parallel
Sub judul
Penanggung jawab
penanggung jawab yang berbeda kedudukannya

2.

Edisi
. –
/
;
Keterangan edisi
Penanggung jawab pertama berkaitan dengan edisi
Penanggung jawab kedua

3.

Data Khusus
.--
Hanya digunakan untuk bahan kartografi, serial, musik, file computer dan bentuk mikro

4.

Penerbitan dan distribusi
. –
:
,
Tempat terbit
Penerbit
Tahun penerbitan

5.

Deskripsi fisik
:
,
+
Jumlah hlm. atau jumlah jilid
Ilustrasi
Ukuran
Keterangan bahan terlampir

6.

Seri
. --
Seri

7.

Catatan

Judul asli
Bibliografi
Indeks
Tesis, dll.

8.


Nomor standar


ISSN

Contoh Katalog Terbitan Berseri[6]

Media Pustakawan/ UPT Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.—Vol. I,No.I
        (1980).—Yogyakarta : UPT Perpustakaan UGM, 1980.
        Jild.: III. ; 25 cm.
        Terbit 4 kali/tahun.
        ISSN : 0126-8776
       Perpustakaan punya : Tahun 1991 Vol. I No/bulan I/I ( Januari-April ).







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Terbitan berseri adalah suatu publikasi yang direncanakan untuk diterbitkan secara terus  menerus dengan jangka waktu terbit yang tidak tertentu. Adapun Bibliografi untuk Terbitan Berseri adalah :
1.      Judul dan pernyataan pertanggung jawaban
2.      Edisi
3.      Daerah Penomoran
4.      Daerah impresum/ Penerbitan
5.      Deskripsi fisik
6.      Daerah Seri
7.      Catatan
8.      Nomor standar dan kepemilikan
Katalog adalah daftar atau susunan data, baik secara manual maupun elektronis mengenai buku-buku atau bahan pustaka lainnya yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog dibuat melalui proses katalogisasi yaitu kegiatan membuat entri dalam katalog, menyusun deskripsi bibliografi dan membuat jejakan kartu katalog, serta pencantuman nomor panggil
Bentuk Katalog dibedakan menjadi :
a.        Katalog Kartu (card catalog)
b.      Katalog Berkas (Sheaf Catalog)
c.        Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)





DAFTAR PUSTAKA
Listariona-katalogisasi bahan perpus-pdf
Sulistyo-Basuki,pengantar Ilmu perpustakaan,Gramedia pustaka utama, jakarta, 1993.








                [2] Sulistyo-Basuki,                pengantar Ilmu perpustakaan,Gramedia pustaka utama, jakarta, 1993.( hal 315)
[3] Listariona-katalogisasi bahan perpus-pdf
[5] http://pusbangkol.perpusnas.go.id/files/Katalogisasi.pdf
[6] http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27024/1/Lili%20Sudria%20Wenny.pdf